ISTANAGARUDA.COM – Berdasarkan laporan tahunan Crypto Security dari Peckshield, aset digital senilai $3,01 miliar telah dicuri sepanjang tahun 2024.
Data tersebut menunjukkan bahwa kerugian ini terbagi hampir merata antara platform keuangan terpusat (cefi) dan keuangan terdesentralisasi (defi).
Hal ini menandai adanya perbaikan dalam keamanan platform defi, yang sebelumnya menyumbang sekitar 80% dari kerugian sebesar $3,6 miliar pada 2022 dan 70% dari $2,6 miliar pada 2023.
Meski kerugian di cefi dan defi pada 2024 terlihat serupa, beberapa peristiwa besar seperti peretasan DMM Crypto senilai $305 juta menjadi penyebab utama peningkatan kerugian di sektor cefi.
Kritik pun bermunculan, menyatakan bahwa platform defi masih belum sepenuhnya mampu menangani ancaman siber.
Namun, sejumlah pendukung defi optimis bahwa pengembangan dan penerapan alat berbasis kecerdasan buatan (AI) dapat memberi keunggulan kepada defi dalam melawan peretas dan penipu.
Lingling Jiang, mitra di DWF Labs, bahkan memprediksi bahwa 2025 akan menjadi awal dari era baru bernama Decentralized Finance powered by AI (DEFAI).
Peran AI dalam Meningkatkan Keamanan DeFi
Jiang menjelaskan bahwa alat berbasis AI memiliki potensi besar untuk mengatasi kelemahan yang selama ini gagal ditangani.
“AI dan pembelajaran mesin menjadi pengubah permainan dalam mengidentifikasi ancaman – bayangkan sistem cerdas yang dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam smart contract sebelum terjadi sesuatu yang merugikan,” ungkap Jiang.
Ia menegaskan bahwa solusi berbasis AI bukan sekadar “menambal celah” yang ada, melainkan membangun generasi baru protokol defi dengan keamanan yang terintegrasi dalam setiap transaksi.
Discussion about this post