ISTANAGARUDA.COM – Inggris dan Amerika Serikat sedang memeriksa transaksi kripto senilai $20 miliar yang dilakukan melalui bursa kripto Rusia yang terkena sanksi, Garantex.
Kedua negara tersebut memperhatikan pembayaran tether (USDT) yang diproses melalui bursa tersebut setelah dijatuhi sanksi oleh Departemen Keuangan AS pada April 2022.
Berdasarkan laporan Bloomberg, transaksi ini diduga merupakan pelanggaran sanksi terbesar yang terjadi setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Hal ini menyoroti upaya negara-negara Barat untuk menghentikan aliran dana ke Rusia, terutama melalui transaksi mata uang digital yang dianggap sebagai salah satu sumber mata uang asing penting bagi Moskow.
Peran Mata Uang Digital dalam Stabilitas Ekonomi Rusia
Transaksi mata uang digital, bersama dengan penjualan minyak mentah, diyakini menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Rusia.
Meskipun adanya sanksi, Moskow mampu mempertahankan stabilitas ekonominya melalui sumber-sumber tersebut. Kegagalan rezim sanksi dalam menghentikan aliran dana telah mendorong administrasi Biden untuk lebih memperhatikan aktivitas bursa kripto dan penerbit mata uang digital seperti Tether.
Kerja Sama Tether dengan Otoritas
Meskipun sedang diselidiki oleh AS dan Inggris, Tether tidak ditemukan melakukan pelanggaran.
Penerbit stablecoin tersebut mengklaim telah bekerja sama dengan otoritas dengan membekukan aset yang dimiliki oleh entitas yang terkena sanksi.
Mereka menegaskan bahwa setiap tindakan dilakukan secara online, transaksi dapat dilacak, aset dapat disita, dan pelaku kejahatan dapat ditangkap.
Discussion about this post