“Betul juga katamu, di sini hawanya memang sejuk dan segar. Ahhhhh… aku kok mengantuk sekali,” kata Baginda.
“Tunggu Tuanku, jangan tidur dulu, hamba pamit mau buang air kecil di semar belukar sana.”
“Baik, pergilah Abu Nawas!”
Baru saja Abu Nawas melangkah pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera terbangun lagi ketika mendengar suara bentakan keras.
“Hai orang gendut! Cepat bangun! Atau kau kami sembelih di tempat ini!” ternyata badui penjual bubur sudah berada di belakang Baginda dan menghunus pedang di arahkan ke leher Baginda.
“Apa-apaan ini!” protes Baginda.
“Jangan banyak cakap! Cepat jalan !”
Baginda mengikuti perintah orang badui itu dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara.
“Mengapa aku di penjara?”
“Besok kau akan kami sembelih, dagingmu kami campur dengan tepung gandum dan jadilah bubur haris yang terkenal lezat. Hahahahaha !”
“Astaga jadi yang kumakan tadi…?”
“Betul kau telah memakan bubur kami, bubur manusia.”
“Hoekkkkk….!” Baginda mau muntah tapi tak bisa.
“Sekarang tidurlah, berdoalah, sebab besok kau akan mati.”
“Tunggu….”
“Mau apa lagi?”
“Berapa penghasilanmu sehari dari menjual bubur itu?”
“Lima puluh dirham!”
“Cuma segitu?”
“lya!”
“Aku bisa memberimu lima ratus dirham hanya dengan menjual topi.”
“Ah, masak?”
“Sekarang berikan aku bahan kain untuk membuat topi. Besok pagi boleh kau coba menjual topi buatanku itu ke pasar. Hasilya boleh kau miliki semua!”
Badui itu ragu, ia berbalik melangkah pergi. Tak lama kemudian kembali lagi dengan bahan-bahan untuk membuat topi.
Esok paginya Baginda menyerahkan sebuah topi yang bagus kepada si badui. Baginda berpesan, ”Juallah topi ini kepada menteri Farhan di istana Bagdad.”
Discussion about this post