SETELAH menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas tak langsung pulang ke rumah melainkan jalan-jalan lebih dahulu ke perkampungan orang-orang badui.
Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu Nawas yang suka mempelajari adat istiadat orang-orang badui.
Abu Nawas sempat melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara hingar bingar seperti suara kerumunan puluhan orang.
Abu tertarik, ingin melihat untuk apa orang-orang badui berkumpul di sana, ternyata di rumah besar itu adalah tempat orang badui menjual bubur haris yaitu bubur khas makanan para petani.
Tapi Abu Nawas tidak segera masuk ke rumah besar itu, melainkan terus berjalan ke arah pinggiran desa.
Karena kelelahan, Abu Nawas beristirahat di bawah sebatang pohon rindang.
Ia merasa hawa di situ amat sejuk dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian mengantuk dan tertidur pulas di bawah pohon.
Abu Nawas tak tahu berapa lama ia tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke atas lantai tanah. Brak! iapun tergagap bangun.
“Kurang ajar! Siapa yang melemparku?” tanyanya heran sembari menengok kanan kiri.
Ternyata ia berada di sebuah ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.
“Hai keluarkan aku! Kenapa aku dipenjara di sini!” teriak Abu Nawas.
Tidak berapa lama kemudian muncul seorang badui bertubuh besar. Abu Nawas memperhatikan dengan seksama, ia ingat orang inilah yang menjual bubur haris di rumah besar di tengah desa tadi.
“Jangan teriak-teriak, cepat makan ini !” kata orang sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan. Abu Nawas tidak segera makan. “Mengapa aku dipenjara?”
Discussion about this post