“Benarkah?”
“Aku tidak pernah bohong!”
Orang badui itu diam sejenak, ia menatap tajam kearah Abu Nawas. Entah kenapa akhirnya orang badui itu rnempercayai dan melepaskan Abu Nawas. Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Baginda Raja.
Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas. “Ada apa Abu Nawas? Kau datang tanpa kupanggil?”
“Ampun Tuanku, hamba barus saja pulang dari suatu desa yang aneh.”
“Desa aneh, apa keanehannya?”
“Di desa tersebut ada orang menjual bubur haris yang khas dan sangat lezat. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar.”
“Aku ingin berkunjung ke desa itu. Pengawal! Siapkan pasukan!”
“Ampun Tuanku, jangan membawa-bawa pengawal. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa.”
“Tapi ini demi keselamatanku sebagai seorang raja”
“Ampun Tuanku, jika bawa-bawa tentara maka orang sedesa akan ketakukan dan Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu.”
“Baiklah, kapan kita berangkat?”
“Sekarang juga Tuanku, supaya nanti sore kita sudah datang di perkampungan itu.”
Demikianlah, Baginda dengan menyamar sebagai sorang biasa mengikuti Abu Nawas ke perkampungan orang-orang badui kanibal.
Abu Nawas mengajak Baginda masuk ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka membeli bubur.
Baginda memakan bubur itu dengan lahapnya.
“Betul katamu, bubur ini memang lezat!” kata Baginda setelah makan. ”Kenapa buburmu tidak kau makan Abu Nawas.”
“Hamba masih kenyang,” kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur.
Setelah makan, Baginda diajak ke tempat pohon rindang yang hawanya sejuk.















































Discussion about this post