“Di ekosistem DeFi, protokol biasanya membutuhkan USDC sebagai margin. Sementara dalam TradFi, bursa seringkali menggunakan surat utang negara sebagai margin,” jelas King.
Regulasi dan Kompleksitas Akan Mempengaruhi Adopsi
Lebih lanjut, King menyoroti bahwa ekspansi tokenisasi akan sangat bergantung pada regulasi dan kompleksitas aset yang akan ditokenisasi.
Obligasi korporasi dan saham, misalnya, berada di bawah regulasi ketat yang dapat memperlambat proses adopsi.
Selain itu, aset yang memiliki fitur seperti imbal hasil dan dividen memerlukan solusi blockchain yang lebih canggih, sehingga tokenisasi menjadi lebih menantang.
Menurutnya, obligasi korporasi jangka pendek menjadi kandidat utama berikutnya untuk tokenisasi karena imbal hasilnya yang dapat diprediksi serta proses penerbitannya yang lebih terstandarisasi.
Dengan nilai pasar obligasi global mencapai $130 triliun, bahkan jika hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut ditokenisasi, dampaknya pada DeFi bisa sangat besar.
“Pasar obligasi global bernilai $130 triliun. Jika kita men-tokenisasi hanya sebagian kecil saja, DeFi bisa mengalami pertumbuhan hingga 1.300 kali lipat,” ujar King.
CEO BlackRock: Tokenisasi Adalah Masa Depan Keuangan
Dalam wawancara yang dibagikan oleh King, CEO BlackRock, Larry Fink, kembali menegaskan keyakinannya bahwa tokenisasi aset keuangan akan mengubah pasar global.
Menurut Fink, teknologi ini dapat menghilangkan inefisiensi dalam penyelesaian transaksi saham dan obligasi, meningkatkan keamanan, serta memberikan fleksibilitas lebih bagi investor.
Discussion about this post