“Pada saat makan mereka amat sangat senang karena kadang-kala mereka datang juga ada yang uang jajan, ada yang sarapan, ada yang tidak, namun dengan adanya makan gratis mereka lebih tambah semangat, untuk yang malas rajin datang ke sekolah,” ungkapnya.
Septina Keilem, salah satu petugas dapur, turut merasakan manfaat program ini dalam kehidupan sehari-harinya. Ia melihat perubahan pada anaknya sendiri yang kini lebih memilih makan di sekolah daripada membawa bekal atau uang jajan.
“Biasanya kalau dia makan dari rumah sebelum ada makan gratis biasanya dia makan di rumah dia bawa uang jajan, tapi semenjak ada ini dia tidak pernah bawa uang jajan lagi. Dia bilang: Mak, tidak usah bawa uang jajan, yang penting air minum,” katanya sambil tersenyum.
Meski mendapat sambutan baik, ada tantangan dalam memperkenalkan menu sehat kepada anak-anak. Beberapa makanan baru masih terasa asing bagi mereka. “Ada beberapa menu yang baru pertama di lidah mereka, mereka rasa kurang pas, tapi kita selalu menganjurkan dicoba saja, makan sayuran wortel itu bergizi,” tutur Martha.
Namun, beberapa menu justru langsung disukai oleh siswa. “Sayur kangkung ya dilahap habis karena itu hampir makanan keseharian masyarakat kami yang orang Papua dan saya pikir semua orang suka sayur Kangkung,” tambahnya.
Guru SDN 39, Adomintje Yohana Sanggek, menilai program ini bukan hanya mengatasi kelaparan tetapi juga membantu pertumbuhan anak-anak.
“Kita ke depannya maunya seperti ini, berprestasi anak-anak karena ini kan makanan sehat bergizi, pertumbuhan perkembangan tubuhnya bagus, berat badannya seimbang,” katanya.
Discussion about this post