Namun mereka selalu kembali lagi ke pulau asal, untuk bertelur.
Suatu hari, sekelompok nelayan datang dan mengangkat penyu-penyu yang sedang bertelur itu. Namanya penyu, kalau sedang bertelur dan diangkat, tetap diam saja.
Lalu nelayan tadi memotong penyu-penyu itu. Telurnya di keluarkan dari dalam perut. Sayang sekali, nelayan tidak tahu, kalau penyu itu mungkin sudah berumur 80-an tahun.
Yusril pun menyebut perilaku nelayan seperti itu, sebagai sebuah tindakan sadis. Bahkan kadang-kadang mereka menggunakan bom, atau potas. “Sehingga penyu-penyu itu tidak balik lagi untuk kebrtelur di tempat asalnya,” ujar Yusril menyesali.
“Jadi bangsa kita ini, kalau mentalitas begini, sulit untuk menjadi Indonesia maju. Sulit mau demokrasi kalau nggak pakai duit,” selorohnya.
“Nggak mau datang ke TPS, nggak mau nyoblos siapa. Hitung duitnya berapa,” ujarnya lagi.
Saran Orang: Bayar Saja Pemilih, Lolos ke Senayan!
Yusril Ihza Mahendra kemudian mengisahkan lagi saran seseorang kepadanya agar tidak perlu capek-capek kampanye. Cukup sediakan uang yang banyak.
Lalu cari saksi dua orang setiap TPS. Kedua saksi ini kemudian merekrut 10 orang pemilih di TPS tersebut.
“Saksi dua orang masing-masing dikasih Rp500 ribu, totalnya Rp1 juta. Lalu 10 orang yang direkrut tadi, dikasih masing-masing Rp300 ribu,” kata Yusril menceritakan saran seseorang kepadanya.
“Nggak usah kampanya. Nanti pas pemilu, 10 orang itu akan pilih Anda,” kisah Yusril lagi mengutip saran orang tadi.
Dengan metode itu, lanjut Yusril, maka setiap TPS mendapatkan 10 suara. Dikali 800 ribuan TPS seluruh Indonesia, maka dipastikan partainya bisa lolos ke Senayan.
Discussion about this post