Kerusakan Sampai Level Bawah: Mau Nyoblos Asal Ada Uang
Yusril mengklaim Indonesia masih sulit menerapkan demokrasi berupa pemilihan langsung karena bisa menimbulkan kerusakan, dari level elit sampai level bawah.
“Kita memang sulit untuk menerapkan demokrasi langsung ini. Dan kerusakan sekarang ini, menurut saya, bukan lagi pada level elit tapi sudah sampai ke bawah,” sorot dia lagi.
“Dalam pemilu ini ya, kita itu berkampanye menjelaskan ideologi perjuangan partai segala macam, Sia-sia! Kita bantu satu desa, kita bikin segala macam. Sia-sia! Yang paling penting itu, besok nyoblos, Anda kasih saya uang berapa? Itu yang terjadi sekarang!” tandas Yusril.
“Kerusakan ini sudah sampai pada masyarakat level yang paling bawah,” tandasnya lagi, mengulang penegasan sebelumnya.
“Kalau kita bicara etika, di situ kita bicaranya. Bukan sekarang ini, bicara etika pada tingkat putusan MKMK. Ataupun keputusan DKPP. Itu sebenarnya adalah ‘code of conducts’. Bukan bicara etika sebagai sebuah bangsa. Yang menurut saya itu, betul-betul harus dibenahi bangsa ini,” ungkapnya.
Bandingkan dengan Jepang
Yusril pun membandingkan etika orang Jepang yang merupakan cara untuk membuat negara menjadi maju.
Ia menceritakan, makan di restoran Jepang tidak pernah mengenal tip. Kalaupun ada seseorang memberikan tip dengan menyelipkan di bawah gelas, sebut saja 1000 Yen, pegawai restoran itu adalah uang pelanggan yang ketinggalan.
Pelanggan itu dipanggil. Kalau tidak mengambil lagi uangnya, dilaporkan ke polisi bahwa ada uang yang ketinggalan. Padahal semua tahu, itu adalah uang tip.
Discussion about this post