Ia menegaskan pentingnya harmoni yang mencakup hubungan dengan alam, sesama manusia, dan juga para pemimpin.
“Penghayatan Ketuhanan Yang Maha Esa Indonesia diwujudkan pada hari ini dengan adanya enam agama yang melakukan doa bersama, doa lintas kebangsaan ini sebagai wujud bahwa kemerdekaan ini tidak terlepas dari perjuangan para tokoh-tokoh agama di zaman dahulu,” ujarnya.
Bante Damawudo, mewakili umat Buddha, memberikan apresiasi tulus atas undangan yang diberikan kepada komunitasnya dalam perhelatan spiritual berskala nasional tersebut.
“Terus terang ini yang pertama ya, jadi kami sangat senang sekali karena diundang untuk berpartisipasi doa bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Agama Muslim yang menjadi host atau tuan rumah acara ini,” katanya.
Sementara itu, dari kalangan Kristen Protestan, Pendeta Tommy Lengkong dan Pendeta Mulia Tibriani menyampaikan refleksi yang menyentuh tentang indahnya persatuan yang terasa di malam itu.
Mereka berharap seluruh warga Indonesia dapat terus menjaga kerukunan demi mewujudkan negara yang damai dan makmur.
“Kita bukan berbicara mayoritas dan minoritas. Bukan juga ada istilah yang kami dengar di sini, ada Islam dan non-Islam. Tapi kita melihat kebersamaan pada malam hari ini. Dan kebersamaan itu indah,” ujar Pendeta Tommy.
Tokoh agama Konghucu, Wonsei Sunarta Hidayat, menutup rangkaian doa dengan harapan kuat agar bangsa ini selalu mendapatkan petunjuk dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
“Kita manusia adalah tentu sangat lemah, segala sesuatunya tidak bisa kita jalan sendiri karena harus membutuhkan pertolongan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itulah, doa ini kita berharap agar ke depan Indonesia benar-benar bisa lebih baik,” tuturnya.

















































Discussion about this post