PADA hari itu, sang raja tiba-tiba merasa rindu untuk bertemu dengan Abu Nawas. Tetapi, sang raja ingin menemui Abu Nawas bukan di istana melainkan di rumah Abu Nawas.
“Wahai penjaga, hari ini aku ingin pergi ke rumah Abu Nawas dan sekarang ambillah kuda yang terbaik,” kata Raja Harun Al Rasyid.
Pengawal pun meminta penjaga kuda untuk menyiapkan kuda terbaik dan memilih kuda putih nan gagah dan terlihat sangat sehat.
Setelah kuda putih itu siap, raja segera menungganginya. Dengan gagah berani, Raja memasuki kota, raja menemukan pemandangan yang bagus. Kota dengan tatanan bangunan yang rapi dan jalan yang mulus.
Tak lama kemudian, rombongan raja sudah mendekati rumah Abu Nawas. Namun Abu Nawas sebenarnya sudah tahu akan didatangi raja, infonya didapat dari tetangga. Untuk itu, Abu Nawas keluar menyambut raja.
Abu Nawas keluar dengan handuk di kepalanya. Dia duduk di trotoar melihat raja.
Sang Raja tertarik dengan sosok laki-laki berikat kepala handuk itu dan memerintahkan prajuritnya untuk membawa Abu Nawas kepadanya.
“Siapa kamu?” tanya raja.
“Aku adalah Dewa Bumi,” jawab Abu Nawas dengan tenang.
“Yah, karena kamu adalah Dewa Bumi, pasti kamu bisa mengangkat mata prajurit. Jika kamu tidak bisa, kamu akan dipancung,” kata raja.
“Berarti raja tidak mengerti apa yang aku maksud, aku bukanlah dewa langit melainkan aku dewa bumi. Jika kamu ingin mata pendekar kurus menjadi hebat, kamu harus bertanya kepada Dewa Langit karena dialah yang mengurus semua masalah dari pusar ke atas,” jawab Abu Nawas.
Discussion about this post