Hal ini juga diamini oleh Luke Xie, salah satu pendiri dan CEO Satlayer. Menurutnya, solusi berbasis AI akan memberikan peringatan dini terhadap potensi serangan sebelum kerugian terjadi.
“Solusi keamanan AI akan membantu pengguna menghindari jebakan seperti honeypots dan penipuan rug pull yang jelas,” kata Xie.
Kolaborasi Global di Antara Regulator
Meskipun solusi berbasis AI belum tentu dapat sepenuhnya menghilangkan risiko dalam ruang defi, langkah ini setidaknya memungkinkan pengguna mendeteksi dan menghindari penipuan yang paling mudah dikenali.
Sementara itu, sejumlah ahli yang diwawancarai oleh Bitcoin.com News percaya bahwa laporan kerugian besar yang terus bermunculan dapat mendorong regulator untuk mengubah pendekatan mereka.
Gianluca Sacco, COO dari bursa kripto VALR, memprediksi bahwa perubahan ini mungkin melibatkan peningkatan koordinasi regulasi di tingkat global.
Namun, Sacco juga mengingatkan bahwa kolaborasi tersebut dapat menimbulkan konflik dengan manfaat privasi yang menjadi daya tarik utama protokol defi.
“Masih belum jelas apakah penerapan langkah KYC dalam DeFi akan praktis atau banyak diadopsi, mengingat sifat desentralisasi industri ini serta kemampuan pengembang untuk menciptakan protokol secara anonim dan tidak terikat langsung oleh regulator mana pun,” ujar Sacco.
Selain peningkatan kerja sama antarregulator, Sacco juga memperkirakan pengawasan ketat terhadap stablecoin, terutama terkait aset yang mendukung nilai stablecoin tersebut.
Hong Yea, salah satu pendiri dan CEO GRVT, turut memprediksi adanya kolaborasi antarregulator, termasuk entitas seperti Abu Dhabi Global Market (ADGM), Virtual Assets Regulatory Authority (VARA), dan Bermuda Monetary Authority.
Discussion about this post