ISTANAGARUDA.COM – Komunitas kripto Indonesia, waspada! Mimpi stablecoin menjadi raja pembayaran masa depan mungkin perlu dipertimbangkan ulang.
Sebuah studi terbaru dari Visa dan Allium Labs mengungkap fakta mengejutkan: lebih dari 90% aktivitas stablecoin berasal dari bot dan trader besar, BUKAN pengguna awam.
Penelitian ini memicu keraguan signifikan terhadap klaim para pendukung stablecoin yang optimis memandang token ini akan merevolusi transaksi sehari-hari.
Visa, dalam studinya, turut mengembangkan metrik khusus untuk mengukur penggunaan riil stablecoin. Metrik ini mengecualikan aktivitas bot.
Hasilnya mencengangkan: hanya sebagian kecil, sekitar $149 miliar dari total transaksi $2,2 triliun di April 2024, yang berasal dari pengguna nyata.
Temuan ini bertolak belakang dengan pandangan optimis para pendukung stablecoin. Mereka selama ini gencar menyuarakan keunggulan stablecoin seperti penyelesaian instan dan biaya minimal.
Pakar keuangan melihat kurangnya kemudahan pengguna sebagai hambatan utama adopsi massal stablecoin. Selain itu, melacak aktivitas kripto riil menggunakan data blockchain terbukti sulit, sehingga angka transaksi seringkali melambung tinggi.
Raksasa teknologi finansial seperti PayPal dan Stripe memang masih menjajaki stablecoin. Namun, studi ini mengindikasikan stablecoin masih memiliki jalan panjang untuk menjadi pemain utama di industri pembayaran. Adopsi pengguna dan transparansi data menjadi tantangan terberat yang harus diatasi.
Situasi kian rumit dengan kekhawatiran para ahli tentang dominasi bot. Aktivitas bot yang merajalela dikhawatirkan menciptakan inflasi harga artifisial untuk stablecoin.
Discussion about this post