Dalam skenario yang digambarkannya, pemerintahan Trump kemungkinan akan menurunkan suku bunga, memperlonggar kredit, dan meningkatkan belanja fiskal, tiga kondisi yang secara historis selalu mendorong harga Bitcoin naik.
Hayes memperkirakan bahwa dalam dua tahun ke depan, Trump bisa menggantikan posisi Ketua The Fed, Jerome Powell, dan memperoleh pengaruh mayoritas di dewan kebijakan moneter pada pertengahan 2026.
Langkah itu, yang ia sebut sebagai Trump Fed takeover, akan membuka jalan menuju fase ekspansi kredit besar-besaran dan pemangkasan suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia menggambarkan skenario tersebut sebagai “money printing bonanza”, atau pesta pencetakan uang yang akan mengulang sejarah gelombang likuiditas besar sebelumnya—namun kali ini dalam skala yang jauh lebih luas.
Dalam kondisi seperti itu, Bitcoin yang memiliki pasokan terbatas diyakini akan melonjak tajam karena investor mencari perlindungan dari pelemahan dolar AS.
Sementara itu, harga Bitcoin saat ini tercatat melemah sekitar 2,5% dalam 24 jam terakhir, dan diperdagangkan di kisaran $121.360.
Aset digital ini masih menghadapi resistensi kuat di sekitar $124.000, level yang sempat memicu koreksi 13% sebelumnya.
Namun, jika Bitcoin mampu menembus garis tren tersebut secara meyakinkan, fase price discovery berikutnya bisa segera dimulai.
Sebaliknya, penurunan kecil dari titik ini bisa menjadi sinyal bahwa tekanan jual mulai berkurang, membuka peluang bagi kenaikan lanjutan dalam waktu dekat.(*)
Discussion about this post