ISTANAGARUDA.COM – China menghadapi ancaman depresiasi mata uang yang kembali muncul karena ancaman terus-menerus akan kemerosotan ekonomi deflasioner, dan lesunya pasar properti membuat investor asing menarik modalnya keluar dari negara ini.
Langkah-langkah terbaru yang diambil oleh Beijing untuk mengatasi masalah ini menimbulkan risiko negatif bagi bitcoin (BTC) melalui saluran valuta asing, demikian dikatakan oleh seorang pengamat.
Demikian ulasan dari Coindesk.com sebagaimana dilansir IstanaGaruda.com pada Selasa (23/01/2024).
Penurunan Nilai Yuan yang Terkendali
Yuan China yang dikendalikan dengan ketat (CNY) mengalami penurunan sebesar 1,39% terhadap dolar Amerika Serikat, dengan versi di luar negeri, CNH Hong Kong, mencatat penurunan sebesar 1,25%. Indeks ekuitas benchmark China, Shanghai Composite, turun lebih dari 7% menjadi yang terendah sejak Maret 2020, menurut data dari platform grafik TradingView.
Kebijakan Pegging dari Bank Sentral China
Bank Sentral China (PBOC) mengaitkan nilai CNY dengan keranjang 24 mata uang melalui sistem managed-float, memungkinkan mata uang dalam negeri berfluktuasi sebesar 2% di kedua sisi dari fix harian atau titik referensi.
Pada hari Senin (21/01/2024), bank-bank milik negara China menjual dolar Amerika Serikat di daratan sementara mengetatkan likuiditas di pasar valuta asing luar negeri untuk mendukung yuan, menurut Reuters.
Tingkat Hong Kong Interbank Offered Rate CNH satu minggu – sebuah ukuran kondisi likuiditas yuan di luar negeri – naik menjadi 4,95045%, tertinggi sejak 26 September.
Discussion about this post