Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik.
Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas.
Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
“Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan,” kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.
“Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?” tanya salah seorang dari mereka.
“Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri,” kata Abu Nawas.
Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. “Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?” kata Abu Nawas memulai penjelasan.
“Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab:
Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong,” terangnya.
“Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar,” kunci Abu Nawas sambil tertawa lepas.
(*)
Discussion about this post