SUATU hari Abu Nawas diajak teman-temannya untuk jalan-jalan menikmati keindahan hutan.
Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Setelah menempuh setengah perjalanan, mereka menemui pertigaan jalan di hutan yang jauh dari perumahan penduduk.
Mereka ragu, apakah belok ke kiri atau ke kanan.
Sebab kalau salah memilih, mereka akan menuju ke hutan yang dipenuhi binatang buas.
Abu Nawas pun menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali.
Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata, “Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana.”
“Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip,” tambah tekan Abu Nawas.
Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja.
“Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?” tanya Abu Nawas.
“Tidak,” jawab kawan Abu Nawas.
“Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak,” usul Abu Nawas.
Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya.
Seusai makan, mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara.
Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.
“Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih.” katanya.
Discussion about this post