BAGINDA Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas.
Tetapi Abu Nawas sedang bersembunyi di suatu tempat karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan.
Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.
“Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu,” kata istrinya.
“Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak.” kata Abu Nawas.
“Apa?” seru istrinya kaget.
“Raja kujadikan budak!” ulang Abu Nawas.
“Kenapa kau lakukan itu, suamiku?” tanya istrinya.
“Supaya-dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara,” jawab Abu Nawas menjelaskan.
“Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu,” kata sang Istri.
“Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku?” tanya Abu Nawas pada sang Istri.
“Pasti kau akan dihukum berat,” kata istrinya sedih.
“Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,” kata Abu Nawas.
Abu Nawas kemudian mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat.
Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang. Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menangis kencang.
“Ada apa?” tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
“Huuuuuu suamiku sudah mati!” seru istri Abu Nawas.
“Hah! Abu Nawas mati?“ kata para tetangga hampir bersamaan.
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Discussion about this post