“Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi,” seru Raja Harun Al Rasyid.
Baginda Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu. Melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan, maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu.
Setelah sampai di rumahnya, sang Kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid. Sang Kakek tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.
“Terima kasih, Nak. Semoga Allah membalas kebaikan Anda?” kata sang Kakek.
“Sama-sama, Kek,” jawab Raja Harun Al Rasyid.
“Oh iya Kek. Saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta” tanya Raja Harun Al Rasyid pada si Kakek.
“Telur unta?” sang Kakek kemudian berpikir sejenak. “Ha Ha Ha Ha Ha,” tawa Sang kakek.
Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang Kakek.
“Apa saya salah tanya kek? Bisa Anda jelaskan?” tanya Raja Harun Al Rasyid keheranan.
“Nak, di dunia ini mana ada telur unta. Setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur. Jadi mana ada telur unta.”
Mendengar penjelasan dari sang Kakek membuat Baginda Raja dan pengawalnya tersentak kaget. Benar juga, mana ada telur unta.
“Unta adalah binatang yang melahirkan bukan bertelur,” gumam Baginda Raja.
Baginda Raja pun pulang ke istana dengan kesal.
Saking lelahnya, Baginda langsung istirahat dan tertidur pulas semalaman.
Keesokan harinya sang raja terbagun kesiangan. Namun masih dengan perasaan kesal, ia menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya.
Dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit.
Discussion about this post