Si Fulan tidak dapat membuktikan perihal dugaan perdagangan Abu Nawas yang terlarang.
Bahkan, karena seringnya mereka bertemu, hubungan keduanya semakin akrab hingga akhirnya si Fulan dipindahkan dari tempat kerjanya.
Pada suatu hari, keduanya bertemu kembali di suatu kesempatan yang tidak terduga. Si Fulan sekarang bukan lagi seorang penjaga perbatasan. Dia telah pensiun dari pekerjaan itu.
Abu Nawas sekarang sudah dikenal sebagai seorang saudagar yang dermawan dan berhasil.
Pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan jamuan makan oleh Abu Nawas.
Dalam kesempatan tersebut masing-masing bercerita tentang pengalaman yang telah mereka hadapi selama lebih kurang 20 tahun tidak bertemu.
“Usaha apa yang telah engkau lakukan di masa lalu, saudaraku? karena aku mengetahui kau tak membawa cukup uang. Tetapi ketika engkau pulang, tak hanya keperluan makanan, barang lainnya pun kau bawa setelah pulang dari perdagangan yang tidak sampai sehari semalam engkau lakukan,” tanya si Fulan.
Mendengar hal tersebut, Abu Nawas pun tertawa sambil megingat kembali kebiasaan masa mudanya.
“Sebenarnya tidak sulut saudaraku, untuk mencari bukti tak perlu harus memeriksa semua barang bawaanku. Seperti yang engkau ketahui bahwa aku senantiasa pergi dengan mengendarai Kuda,” kata Abu Nawas memulai penjelasan.
“Tetapi ketika pulang aku hanya berjalan kaki dan disitulah usahaku,” kata Abu Nawas.
Mendengar penjelasan Abu Nawas, akhirnya si Fulan mengerti bahwa di masa itu Abu Nawas menjual kuda-kudanya di negeri tetangga dan pulangnya dia tukarkan dengan barang-barang lainnya.(*)
Discussion about this post