Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu.
Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja seketika menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda yang semula berderai-derai mendadak terhenti.
Kening Baginda Raja berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas. Baginda tidak berani menarik kata-katanya karena disaksikan oleh ribuan rakyatnya.
Beliau sudah terlanjur mengabulkan Abu Nawas menentukan hukuman mati yang paling cocok untuk dirinya. Kini kesempatan Abu Nawas membela diri.
“Baginda yang mulia, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum gantung. Kalau pilihan hamba benar maka hamba di hukum gantung. Tetapi di manakah letak kesalahan pilihan hamba sehingga hamba harus dihukum pancung. Padahal hamba telah memilih hukuman gantung?” kata Abu Nawas, membuat Baginda Raja dan ilmuwan tercengang.
Benar-benar luar biasa otak Abu Nawas ini. Rasanya tidak ada lagi manusia pintar selain Abu Nawas di negeri Baghdad ini.
“Abu Nawas aku mengampunimu, tapi sekarang jawablah pertanyaanku ini. Berapa banyakkah bintang di langit?”
“Oh, gampang sekali Tuanku,” kata Abu Nawas.
“Iya tapi berapa seratus juta, seratus milyar atau berapa?” tanya Baginda.
“Bukan Tuanku, cuma sebanyak pasir di pantai,” jawab Abu Nawas.
“Bagaimana bisa orang menghitung pasir di pantai?” tanya Baginda Raja heran.
‘Bagaimana pula orang bisa menghitung bintang di langit?” tanya Abu Nawas.
“Ha ha ha ha ha! Kau memang cerdik. Kau adalah pelipur laraku. Abu Nawas mulai sekarang jangan segan-segan, sering-seringlah datang ke istanaku. Aku ingin selalu mendengar lelucon-leluconmu yang baru!” titah Baginda Raja.
Discussion about this post