Tuhan tidak mungkin menciptakan alam semesta ini tanpa ditaburi harapan-harapan yang menjanjikan. Bahkan dalam keadaan yang bagaimanapun gentingnya.
Keyakinan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh Baginda Raja dan para penasihatnya.
Seketika suasana menjadi hening, sewaktu Baginda Raja memberi sambutan singkat tentang akan dilaksanakan hukuman mati atas diri terpidana mati Abu Nawas.
Kemudian tanpa memperpanjang waktu lagi, Baginda Raja menanyakan permintaan terakhir Abu Nawas.
Pertanyaan inilah yang paling dinanti-nantlkan Abu Nawas.
“Adakah permintaan yang terakhir,” tanya sang Baginda.
“Ada Paduka yang mulia,” jawab Abu Nawas singkat.
“Sebutkan,” kata Baginda.
“Sudilah kiranya hamba diperkenankan memilih hukuman mati yang hamba anggap cocok, wahai Baginda yang mulia,” pinta Abu Nawas.
“Baiklah,” kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas.
“Paduka yang mulia, yang hamba pinta adalah bila pilihan hamba benar hamba bersedia dihukum gantung, tetapi jika pilihan hamba dianggap salah maka hamba dihukum pancung saja, ” kata Abu Nawas memohon.
“Engkau memang orang yang aneh. Dalam saat-saat yang amat genting pun engkau masih sempat bersenda gurau. Tetapi ketahuilah bagiku segala tipu muslihatmu hari ini tak akan bisa membawamu kemana-mana,” kata Baginda sambil tertawa.
“Hamba tidak bersenda gurau, Paduka yang Mulia,” kata Abu Nawas bersungguh-sungguh.
Baginda tertawa terpingkal-pingkal. Belum selesai Baginda Raja tertawa-tawa, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.
“Hamba minta dihukum gantung!” teriak Abu Nawas.
Discussion about this post