“Hamba Juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini, Tuanku,” kata Abu Nawas dengan tenang.
Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. Ia terdiam seribu bahasa.
“Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?” tanya Baginda Raja kepada tuan Kadi.
Tapi Tuan Kadi tidak menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut.
“Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini!” perintah Baginda Raja.
“Baiklah, Baginda. Beberapa hari yang lalu, ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah tipu muslihat Tuan Kadi. Ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oieh Wanita tua penjual kahwa,” ungkap Abu Nawas dengan tenang sambil memandang ke arah Tuan Kadi yang masih terlihat gemetar.
Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen. Maka Baginda memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir.
Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda.
Discussion about this post