Kilang ini diharapkan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia dan mampu menekan ketergantungan terhadap impor bahan bakar.
Di bidang gasifikasi batu bara, pemerintah berfokus pada produksi Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif pengganti LPG.
Bahlil menekankan bahwa proyek ini akan dijalankan dengan pendekatan berbeda, yaitu menggunakan sumber daya dalam negeri tanpa ketergantungan terhadap investor asing.
“Sekarang kita tidak butuh investor negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden dengan memanfaatkan resource dalam negeri.
Yang kita butuh mereka adalah teknologinya, yang kita butuh uangnya capex-nya semua dari pemerintah dan dari swasta nasional, kemudian bahan bakunya dari kita, dan off taker-nya pun dari kita,” ungkapnya.
Pengembangan proyek DME ini akan dilakukan secara simultan di beberapa wilayah, seperti Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Selain DME, sektor pertambangan juga menjadi fokus utama dalam program hilirisasi, dengan peningkatan nilai tambah pada komoditas seperti tembaga, nikel, dan bauksit yang akan diproses menjadi alumina.
Hilirisasi juga mencakup sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan sebagai bagian dari upaya memperkuat perekonomian nasional.
Presiden Prabowo telah menetapkan 26 sektor komoditas sebagai prioritas dalam program hilirisasi nasional. Daftar ini mencakup berbagai industri strategis, mulai dari minyak dan gas, mineral, perikanan, pertanian, perkebunan, hingga kehutanan.
Dengan adanya program hilirisasi ini, selain memperkuat industri nasional, pemerintah juga menargetkan penciptaan lapangan kerja dalam jumlah besar bagi masyarakat Indonesia.

















































Discussion about this post