Koalisinya yang sempit tetap mendukungnya, menekankan bahwa politik harus dikesampingkan demi menghancurkan Hamas.
Namun, sekutu sayap kanannya mengancam untuk menjatuhkan pemerintah terkait pembebasan tahanan Palestina yang terlibat dalam serangan mematikan terhadap warga Israel.
Bahkan jika ancaman ini tidak segera terlaksana, posisinya tetap kurang stabil dibandingkan saat perang masih berlangsung.
Netanyahu juga tidak dapat lagi menggunakan alasan perang untuk menunda penyelidikan publik atas serangan 7 Oktober, yang bisa mengungkap kelemahan kepemimpinannya.
Meski begitu, Netanyahu masih memiliki dukungan dari kalangan nasionalis sayap kanan Israel, yang dapat menjaga kekuasaannya hingga pemilu 2026.
Tidak Ada Rencana Jelas untuk Gaza Pasca-Perang
Hamas tampaknya masih akan bertahan di Gaza. Kelompok ini bahkan mungkin mendapatkan dukungan lebih besar setelah selamat dari perang dan berhasil membebaskan tahanan Palestina.
Hamas, yang didirikan pada akhir 1980-an, memiliki pengaruh kuat di masyarakat Palestina, termasuk di Tepi Barat dan kamp pengungsi di Lebanon.
Sementara itu, pemerintahan Biden mengupayakan rencana ambisius pasca-perang untuk membangun kembali Gaza melalui Otoritas Palestina yang direformasi dengan dukungan negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Arab Saudi.
Namun, negara-negara tersebut mensyaratkan adanya jalur menuju pembentukan negara Palestina di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Syarat ini ditolak oleh pemerintah Netanyahu yang menentang gagasan negara Palestina.
Discussion about this post