ISTANAGARUDA.COM – Usai mengungkapkan keinginannya untuk megontrol Kanada dan Terusan Panama, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump kembali menghidupkan ide kontroversial yang pernah ia lontarkan pada masa jabatan pertamanya.
Ide itu adalah keinginan untuk membeli atau mengambil alih Greenland, pulau terbesar di dunia dari Denmark.
Melalui pengumuman pada Minggu saat menunjuk duta besar baru untuk Denmark, Trump menyatakan: “Demi Keamanan Nasional dan Kebebasan di seluruh dunia, Amerika Serikat merasa kepemilikan serta kendali atas Greenland adalah suatu keharusan.”
Kembali mencuatnya isu Greenland ini terjadi setelah Trump pada akhir pekan menyatakan Amerika Serikat mungkin perlu merebut kembali kendali atas Terusan Panama jika biaya pengiriman melalui jalur strategis itu tidak segera diturunkan.
Tak hanya itu, Trump juga membuat pernyataan kontroversial dengan menyebut bahwa Kanada sebaiknya menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat. Ia bahkan menyebut Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, sebagai “gubernur dari Negara Bagian Kanada yang Hebat.”
Stephen Farnsworth, seorang profesor ilmu politik dari University of Mary Washington, menyebut pendekatan Trump ini mengingatkan pada gaya agresifnya semasa menjadi pengusaha. “Anda meminta sesuatu yang tidak masuk akal, sehingga lebih mungkin mendapatkan sesuatu yang sedikit lebih masuk akal,” katanya.
Greenland: Antara Strategi dan Penolakan
Greenland, yang terletak di antara Samudra Atlantik dan Arktik, adalah pulau terbesar di dunia dengan 80% wilayahnya tertutup lapisan es.
Discussion about this post