Ia mengungkapkan bahwa pada serangan pagi itu, ia berlindung di rumah dan merasakan dinding-dinding bergetar. Di luar, mobil pemadam kebakaran dan ambulans berlalu lalang di jalanan kota.
“Bisa dilihat bahwa banyak gedung tinggi yang rusak, dengan pecahan kaca di jalanan yang jauh dari pusat ledakan,” tambahnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa serangan tersebut adalah respons terhadap serangan rudal Ukraina yang menyasar wilayah perbatasan Rostov dua hari sebelumnya.
Serangan tersebut menggunakan enam rudal Army Tactical Missile System (ATACMS) buatan AS dan empat rudal Storm Shadow yang diluncurkan dari udara yang diberikan oleh Inggris.
Pada hari yang sama, Ukraina mengklaim telah menargetkan sebuah kilang minyak di Rostov sebagai bagian dari kampanye untuk menyerang infrastruktur Rusia yang mendukung upaya perang negara tersebut.
Penggunaan senjata buatan Barat oleh Ukraina untuk menyerang Rusia telah memicu kemarahan Kremlin. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy “melakukan segala cara untuk menggagalkan inisiatif perdamaian apa pun dan memprovokasi Rusia untuk meningkatkan konflik.”
Ukraina pertama kali menembakkan rudal jarak jauh yang dipasok AS ke Rusia pada 19 November setelah Washington melonggarkan pembatasan penggunaannya.
Kejadian ini mendorong Rusia untuk menggunakan rudal hipersonik baru, Oreshnik, untuk pertama kalinya.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan bahwa rudal ini bisa digunakan untuk menargetkan gedung-gedung pemerintahan di Kyiv, meskipun belum ada laporan tentang penggunaan Oreshnik untuk kedua kalinya.
Discussion about this post