Rencana pemberontak digagas oleh HTS di bawah pimpinan Ahmed al-Sharaa, atau lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani.
Golani, yang memiliki latar belakang sebagai bagian dari al-Qaeda, telah berupaya mengubah citra kelompoknya dalam dekade terakhir, menjalankan semacam pemerintahan di Idlib.
Meskipun demikian, pemerintah Turki awalnya khawatir bahwa ofensif ini akan memicu gelombang pengungsi baru.
Namun, para pemberontak yakin perubahan sikap Turki terhadap Assad terjadi setelah berbagai upaya diplomatik Turki menemui jalan buntu.
Pesan mereka kepada Turki jelas: “Jalan yang selama ini ditempuh tidak berhasil selama bertahun-tahun. Cobalah cara kami. Anda hanya perlu tidak menghalangi.”
Titik Balik Rezim Assad
Operasi pemberontak dilancarkan di saat yang paling rentan bagi Assad. Pasukan militernya yang lemah dan kehabisan logistik menjadi salah satu alasan utama kejatuhan cepat rezim ini.
“Setelah mereka kehilangan Aleppo, pasukan rezim tidak pernah pulih,” ujar seorang sumber oposisi Suriah.
Sementara itu, kelompok Hezbollah, yang semula menjadi pendukung utama Assad, menarik banyak pejuangnya untuk menghadapi konflik dengan Israel. Hal ini memberikan celah besar bagi pemberontak untuk bergerak lebih leluasa.
Dampak Geopolitik
Kejatuhan Assad membawa dampak signifikan di kawasan Timur Tengah. Pengaruh Iran di Suriah melemah, terutama setelah kemunduran Hezbollah. Sementara itu, Turki kini muncul sebagai pemain eksternal paling dominan di Suriah, dengan pasukan di lapangan serta akses langsung ke para pemimpin pemberontak.
Discussion about this post