Sebelumnya, doktrin nuklir Rusia pada 2020 menyatakan bahwa senjata nuklir hanya digunakan sebagai respons terhadap serangan nuklir langsung atau serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara.
Dengan doktrin baru ini, Putin mengukuhkan posisi Rusia sebagai kekuatan nuklir yang tidak segan bertindak jika merasa terancam.
Tanggapan AS dan Ketegangan Global
Dewan Keamanan Nasional AS menyatakan belum ada alasan untuk mengubah postur nuklirnya meskipun doktrin Rusia telah diperbarui.
Bersama Rusia, AS mengendalikan sekitar 88% dari total senjata nuklir dunia, sehingga setiap perubahan kebijakan memicu perhatian besar dari komunitas internasional.
Namun, Kremlin menegaskan bahwa doktrin baru ini bukan untuk menyerang, melainkan untuk memperjelas konsekuensi fatal yang akan diterima lawan jika menyerang Rusia atau sekutunya.
“Tujuan utama kami adalah memastikan musuh memahami bahwa serangan terhadap Rusia atau sekutunya akan menghadapi pembalasan yang tak terhindarkan,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Situasi Global yang Memanas
Ketegangan ini mengingatkan para diplomat Rusia pada Krisis Rudal Kuba 1962, ketika dunia hampir memasuki perang nuklir.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyebut situasi saat ini sebagai fase militer dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Bahaya bentrokan langsung antara kekuatan nuklir kini tidak bisa diabaikan. Kita sedang melintasi wilayah yang belum pernah dijelajahi dalam sejarah militer dan politik,” ungkap Ryabkov.
Discussion about this post