ISTANAGARUDA.COM – Dunia keuangan global masih merasakan dampak kebijakan agresif Federal Reserve yang memotong suku bunga dengan tajam dan mengisyaratkan niat untuk terus melonggarkan kebijakan.
Hal ini diperkirakan akan mendorong aset berisiko di pasar Asia mengawali pekan ini dengan optimisme, khususnya pada hari Senin (23/09/2024).
Dilansir dari Reuters, Futures Nikkei menunjukkan kemungkinan kenaikan lebih dari 1% di pembukaan bursa Jepang, didukung pula oleh pelemahan yen pekan lalu.
Namun, kenaikan imbal hasil obligasi AS berjangka panjang mungkin akan membatasi euforia pasar tersebut.
Keputusan kebijakan moneter dari Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) yang diumumkan pada Jumat pekan lalu lalu kemungkinan juga akan mempengaruhi pasar Asia pada hari Senin ini, namun arah yang ditunjukkan kedua bank sentral tersebut beragam.
Seperti yang sudah diprediksi, Bank Sentral Jepang tidak menaikkan suku bunga dan memberi sinyal bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menaikkannya lagi.
Keputusan ini membuat yen terpuruk ke level terendah harian sejak 4 September, yang pada gilirannya mendongkrak saham Jepang.
Sebaliknya, keputusan Bank Rakyat Tiongkok untuk tidak menurunkan suku bunga sedikit mengejutkan pasar.
Meskipun ekonomi domestik Tiongkok sedang melemah dan inflasi rendah, yang seharusnya mendorong penurunan suku bunga, bank sentral memilih untuk tetap mempertahankannya.
Bahkan setelah The Fed menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, PBOC tetap tidak mengikuti langkah tersebut, meskipun data terbaru menunjukkan tanda-tanda lemahnya investasi asing langsung di Tiongkok yang turun 31,5% dalam delapan bulan pertama tahun ini, penurunan terbesar sejak Januari 2009.
Discussion about this post