Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, Doli meminta kewenangan kepada Ketua Umum Airlangga untuk melakukan perubahan dalam proses perekrutan dan penempatan kader.
Dengan metode talent scouting yang lebih terbuka, Golkar melakukan penjaringan kader sejak awal, termasuk aktivis dan orang-orang potensial dari berbagai latar belakang.
“Kita mulai persiapan dari 2019, langsung buka penjaringan. Siapa saja yang ingin jadi caleg, kita undang dan mereka harus melalui proses dari awal,” tambah Doli.
Menurutnya, pendekatan ini memungkinkan setiap calon legislatif, baik dari kalangan aktivis maupun orang yang memiliki sumber daya finansial, bersaing secara fair.
Aktivis, yang memiliki kekuatan jaringan dan intensitas komunikasi, mendapatkan peluang yang sama untuk masuk ke Senayan.
“Kekuatan aktivis terletak pada jaringan dan interaksi langsung dengan masyarakat, sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang hanya mengandalkan modal besar,” ungkapnya.
Dengan strategi seleksi ketat dan proses yang transparan, Golkar memastikan bahwa hanya kader yang benar-benar kuat yang bisa maju sebagai calon legislatif.
Melalui konsep 200 persen hingga 100 persen saat Daftar Calon Sementara (DCS), Golkar menyeleksi caleg-caleg potensial untuk memenangkan Pemilu 2024.
Doli menutup dengan keyakinan bahwa mekanisme ini memberikan keuntungan bagi Golkar dalam persaingan Pemilu 2024, memastikan bahwa partai siap melawan dengan kader-kader terbaiknya di setiap daerah. (*)
Discussion about this post