“Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 5,2 persen akan lebih banyak didorong oleh permintaan domestik. Oleh karena itu, daya beli masyarakat akan kita jaga melalui pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja baru, serta dukungan program sosial dan subsidi,” jelas Presiden.
Lebih lanjut, Presiden juga memaparkan strategi pemerintah dalam mendorong ekspor produk dalam negeri yang bernilai tambah tinggi.
Kebijakan ini didukung oleh insentif fiskal yang kompetitif namun tetap menjaga keberlanjutan fiskal untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
“Fokus kami adalah meningkatkan produksi barang-barang yang bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor, dengan dukungan insentif fiskal yang kompetitif tanpa mengorbankan stabilitas fiskal,” tambah Presiden.
Terkait dinamika pasar keuangan global, Presiden Jokowi juga menyebut bahwa nilai tukar Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp16.100 per Dolar AS pada kuartal mendatang, sementara suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun diproyeksikan berada di angka 7,1 persen.
Hal ini mencerminkan kebijakan moneter yang adaptif terhadap ketidakpastian ekonomi global.
“Kami memperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di sekitar Rp16.100 per Dolar AS, sementara suku bunga SBN 10 tahun di kisaran 7,1 persen,” ungkapnya.
Pemerintah juga berkomitmen untuk terus responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi global. Penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter akan dilakukan guna menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Adapun harga minyak mentah Indonesia (ICP) diproyeksikan mencapai 82 Dolar AS per barel, dengan produksi minyak mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi sebesar 1,005 juta barel setara minyak per hari.
Discussion about this post