PADA peringatan hari ulang tahun kerjanaan, Baginda Raja Harun Al Rasyid mengadakan pesta besar bersama rakyatnya.
Di hari berbahagia ini, Baginda Raja memberikan hadiah kepada warga miskin.
Selain itu, juga memberikan keringanan hukuman terhadap seluruh narapidana.
“Saya juga akan memberikan pengampunan kepada para tahanan di penjara dengan mengurangi hukuman menjadi setengah dari sisa hukumannya,” seru baginda kepada rakyatnya.
Setelah dipastikan seluruh rakyatnya yang miskin mendapatkan hadiah, raja pun memanggil para tahanan.
Tahanan pertama yang mendapatkan kesempatan adalah bernama Fulan.
“Fulan, berapa tahun hukumanmu?” tanya baginda.
“Dua tahun Baginda,” jawab Fulan.
“Sudah berapa tahun yang kamu jalani?” tanya baginda lagi.
“Satu tahun Baginda,” jawab Fulan lagi.
“Kalau begitu, sisa hukumanmu yang satu tahun aku kurangi menjadi setengah tahun sehingga hukumanmu tinggal 6 bulan saja,” titah Baginda.
Selanjutnya, dipanggillah tahanan berikutnya.
“Berapa tahun hukumanmu?” tanya baginda.
Dengan nada yang sedih, tahanan ini menjawab, “Mohon ampun Baginda, hamba dihukum seumur hidup.”
Mendengar jawaban tersebut, Baginda menjadi bingung harus menjawab apa untuk mengurangi hukumannya.
Di tengah kebingungannya, Raja yang terkenal bijaksana ini teringat dengan Abu Nawas.
Akhirnya, dipanggillah Abu Nawas yang kebetulan ada di tengah pesta rakyat itu.
“Abu Nawas, aku ada masalah mengenai hadiah pengampunan bagi tanahan seumur hidup. Aku berjanji akan memberikan pengampunan setengah dari sisa hukumannya. Padahal aku tidak tahu sampai umur berapa dia akan hidup. Sekarang aku minta nasehatmu, bagaimana caranya memberi pengampunan kepada Ali dari sisa hukumannya,” jelas Raja.
Discussion about this post