“Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol,” kata Abu Nawas ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal.
“Ha ha ha ha kau memang pintar Abu Nawas,” puji Baginda Raja.
Tapi, jangan keburu tertawa dulu, dengar dulu apa kata Abu Nawas, “Baginda!” kata Abu Nawas selanjutnya.
“Ya Abu Nawas!” sahut Baginda.
“Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan cara melaksanakan tugas memenjarakan angin ini,” kata Abu Nawas mulai melancarkan aksinya.
“Lalu apa maksudmu, Abu Nawas?” tanya Baginda Raja.
“Hamba minta ganti rugi,” kata Abu Nawas lagi.
“Kau hendak memeras seorang Raja?” hardik Baginda Raja.
“Oh. bukan begitu Baginda,” kata Abu Nawas mulai cemas.
“Lalu apa maumu?” tanya Baginda.
“Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang sekedar untuk bisa belanja dalam satu bulan,” pinta Abu Nawas memelas.
“Kalau tidak?” tantang Baginda.
“Kalau tidak hamba akan menceritakan kepada khalayak ramai bahwa Baginda telah dengan sengaja mencium kentut hamba!” kata Abu Nawas.
‘Hah?’ Baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak-bahak.
“Baik permintaanmu kukabulkan!” kata Baginda Raja.
Abu Nawas pun dapat tersenyum lega sambil membawa sekantung uang di tangannya ia pulang ke rumah.(*)
Discussion about this post