“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu,” kata utusan Raja.
“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar,” kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.
Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
“Abu Nawas kau mau atau tidak menghadap Raja?” kata wazir.
“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau,” kata Abu Nawas.
“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.
“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu,” kata Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.
Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti orang gila itu kepada Raja Harun AI Rasyid.
Dengan geram Raja berkata, ”Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”
Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas dihadirkan di hadapan raja.
Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak aneh, bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda.
“Ya Baginda, tahukah Anda ..?” kata Abu Nawas.
“Apa Abu Nawas?” sahut Baginda.
“Baginda, terasi itu asalnya dari udang!” lanjut Abu Nawas.
“Kurang ajar, kau menghinaku Abu Nawas!” seru Baginda Raja menahan marah.
“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?” kata Abu Nawas.
Discussion about this post