“Siapakah tamu-tamu tidak diundang itu wahai Abu Nawas?” ujar Baginda dengan bijaksana.
“Lalat-Ialat ini Tuanku,” kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.
“Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Paduka junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil Ini” ujar Abu Nawas sekali lagi Lalu, keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dan’ku?” tanya Raja Harun penasaran.
Hamba hanya menginginkan izin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan ieluasa menghukum lalat-lalat yang nakal itu,” kataAbu Nawas memulai muslihatnya.
Akhirnya Raja Harun dengan terpaksa membuat surat izin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul Ialat-lalat itu dimanapun mereka hinggap.
Setelah mendapat izin tertulis itu Abu Nawas mulai mengusir laiat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini.
Dmgan menggunakan tongkat besi yang dibawa dari rumah, Abu Nawas mengejar dan memukurl lalatlaiat itu. Ketika hinggap di kaca, Abu Nawas dengan tenang dan leluasa memukul kaca itu hingga pecah.
Kemudian vas bunga nan indah milik sang Raja juga ikut terkena pukul dan pecah. Akhirnya hanya dalam beberapa menit saja seluruh perabot istana hancur berkeping-keping.
Raja Harun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruannya yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Raja Harun banyak yang hancur. Bukan cuma itu saja raja juga menanggung rasa malu. Kini dia sadar betapa kelirunya; telah berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.(*)
Discussion about this post