Ahmad Musfiq, penjual sate Madura, menyebut momen ini sebagai pengalaman yang sangat istimewa karena bisa masuk ke area istana untuk pertama kalinya.
Sementara Khoirun Nasikin, penjual mie goreng Jawa yang pernah diundang sebelumnya, menyebut suasana tahun ini jauh lebih meriah.
“Ya, cukup menyenangkan. Semoga makin berkembang, ekonominya makin membaik,” katanya.
Pesta rakyat ini menjadi cerminan bahwa Istana Merdeka kini bukan hanya simbol kekuasaan, tapi juga rumah kebersamaan bagi seluruh bangsa.
Di tengah peringatan kemerdekaan yang sakral, hadir pula wajah ceria rakyat yang menikmati hidangan dan hiburan, saling menyapa tanpa sekat antara elite dan masyarakat biasa.
Dari irama “Tabola Bale” yang menyatukan Presiden dengan rakyat hingga aroma kuliner yang menggoda di pesta rakyat, semuanya menjadi penanda bahwa kemerdekaan adalah milik semua orang.
Dan pada hari itu, di jantung republik, Indonesia benar-benar berpesta.(*)
Discussion about this post