Pada hari Senin, Israel memperluas serangan mereka ke lokasi-lokasi yang memiliki nilai simbolik tinggi bagi pemerintahan teokratis Iran.
Di televisi nasional Iran, serangan tersebut diumumkan sambil disertai musik militer.
Tulisan di layar menyebutnya sebagai “respons kuat dan sukses” atas “agresi Amerika.”
Menjelang ledakan, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menulis di platform X: “Kami tidak memulai perang ini dan tidak menginginkannya. Tapi kami tidak akan membiarkan serangan ke Iran yang agung tanpa jawaban.”
Sebelumnya, muncul laporan bahwa pangkalan militer AS di Irak diserang rudal, namun klaim itu dibantah pejabat militer AS.
Menurut sumber anonim di militer AS, peringatan itu dipicu oleh puing dari rudal Iran yang gagal mencapai Israel dan bukan serangan langsung ke Irak.
Konflik memasuki hari ke-11 dengan pertukaran serangan udara antara Iran dan Israel yang mulai terasa sebagai kenyataan sehari-hari bagi warga sipil kedua negara.
Iran meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel, sementara Israel menyerang “target rezim dan institusi penindasan” di pusat kota Teheran.
Namun, pejabat Israel menegaskan bahwa mereka tidak berniat menggulingkan pemerintahan Iran.
Mereka menyebut musuh bebuyutan ini sudah menjadi lawan sejak Revolusi Islam 1979.
Hanya beberapa jam sebelum serangan terakhir, Trump sempat menyinggung kemungkinan pergantian rezim di Iran.
“Jika Rezim Iran saat ini tidak bisa MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, kenapa tidak ada perubahan rezim???” tulisnya di Truth Social.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kemudian menyatakan bahwa Trump “hanya mengajukan pertanyaan.”
Discussion about this post