Ia menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tujuh tahun terakhir yang mencapai rata-rata 5 persen per tahun belum cukup memberikan dampak nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Presiden Prabowo pun menegaskan pentingnya setiap negara memiliki pendekatan ekonomi yang sesuai dengan karakter dan budaya masing-masing.
“Jalan yang kami pilih adalah jalan tengah. Kami akan menggunakan kreativitas dari kapitalisme, inovasi, dan inisiatif,” jelas Presiden Prabowo.
Lebih lanjut, ia menyoroti risiko besar yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia, yakni potensi state capture, di mana kekuatan modal besar menjalin kolusi dengan elite politik dan pejabat pemerintah.
Menurutnya, kondisi ini menjadi hambatan utama dalam menciptakan pemerataan dan membesarkan kelas menengah.
Dalam forum internasional tersebut, Presiden Prabowo juga menyampaikan pesan bahwa keadilan sosial harus menjadi pijakan utama pembangunan ekonomi.
Ia menyebut bahwa intervensi negara dalam sektor ekonomi dibutuhkan untuk memastikan perlindungan terhadap kelompok rentan dan mendorong pemerataan hasil pembangunan.
Kehadiran Presiden Prabowo dalam forum SPIEF 2025 ini semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai aktor penting dalam lanskap global yang terus berubah.
Turut mendampingi beliau dalam kunjungan ini adalah Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Dengan mengusung visi kolaboratif dan ekonomi pro-rakyat, Presiden Prabowo menjadikan forum global ini sebagai panggung untuk menyampaikan pesan kuat: bahwa Indonesia siap menjadi kekuatan moral dan strategis dalam membentuk tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang.
Discussion about this post