“Forum ini adalah tempat yang menyatukan para pemimpin dari Barat, Global South, Timur, dan titik temu Eurasia. Indonesia memandang pertemuan ini sebagai kesempatan untuk membangun kepercayaan strategis dan menjalin kesepakatan di tengah situasi geopolitik yang semakin rumit,” tutur Presiden Prabowo.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo tidak hanya menyoroti isu geopolitik, tetapi juga membuka wawasan mengenai arah kebijakan ekonomi Indonesia di masa kepemimpinannya.
Ia menegaskan bahwa filosofi ekonomi Indonesia didasarkan pada prinsip moral yang kuat—bahwa setiap kebijakan harus membawa kebaikan bagi sebanyak mungkin rakyat.
“Pemerintah kami harus bekerja untuk membawa kebaikan sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin rakyat. Dan dalam hal ini, kami harus memiliki pemerintahan yang bersih, bebas dari korupsi. Ini saya yakini sebagai kunci dari pembangunan yang cepat,” tutur Presiden.
Presiden Prabowo juga memaparkan empat agenda utama pemerintahannya: mencapai kemandirian pangan, swasembada energi, meningkatkan kualitas pendidikan, serta mempercepat proses industrialisasi nasional.
Ia menekankan bahwa meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar, pengelolaannya harus dilakukan dengan bijak demi kesejahteraan jangka panjang.
Kepala Negara juga menyampaikan kritik tajam terhadap dominasi filosofi ekonomi neoliberal dan kapitalisme pasar bebas yang selama ini diadopsi oleh banyak negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Selama 30 tahun terakhir, kita menyaksikan dominasi filosofi ekonomi neoliberal dan kapitalisme pasar bebas klasik. Elite Indonesia mengikuti filosofi ini, dan hasilnya kita belum berhasil menciptakan kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat,” tutur Presiden Prabowo.
Discussion about this post