Isu konflik Iran-Israel dipastikan akan menjadi sorotan utama dalam pertemuan Trump dengan para pemimpin dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Uni Eropa.
Trump juga menyebut bahwa selama masa jabatannya, ia telah berhasil menurunkan ketegangan di berbagai konflik internasional, termasuk antara India dan Pakistan.
Ketegangan di Kashmir meningkat ketika militan menyerang dan membunuh 26 turis di wilayah yang dikuasai India.
India merespons dengan serangan ke wilayah Pakistan, yang kemudian dibalas dengan tembakan dan serangan drone antara kedua negara.
Itu menjadi konfrontasi paling serius dalam beberapa dekade terakhir antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut.
Trump kembali menyatakan bahwa setelah ia menawarkan bantuan perdagangan kepada kedua negara, keduanya sepakat untuk gencatan senjata — meskipun klaim ini dibantah oleh India.
Ia juga menyebut upaya diplomatik AS dalam meredakan konflik antara Serbia dan Kosovo serta Mesir dan Ethiopia selama masa kepemimpinannya.
“Demikian pula, kita akan memiliki PERDAMAIAN, segera, antara Israel dan Iran!” tulis Trump di media sosial. “Banyak panggilan dan pertemuan sedang berlangsung. Saya melakukan banyak hal, dan tidak pernah mendapat penghargaan, tapi tak apa — RAKYAT mengerti. BUAT TIMUR TENGAH HEBAT LAGI!”
Namun di lingkaran pendukung Trump, muncul perdebatan soal sejauh mana AS harus mendukung tindakan militer Israel.
Beberapa tokoh konservatif pro-Trump seperti Marjorie Taylor Greene, Charlie Kirk dari Turning Point USA, dan mantan pembawa acara Fox News Tucker Carlson berpendapat bahwa Trump dipilih karena dianggap tidak akan menyeret AS ke dalam konflik asing.
Discussion about this post