Sementara itu, ketidakpastian dukungan dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menambah kekhawatiran mengenai masa depan pertahanan Ukraina.
Namun demikian, Ukraina masih mampu melancarkan serangan balasan yang mengejutkan.
Serangan drone jarak jauh ke pangkalan udara Rusia pada 1 Juni lalu dinilai sebagai serangan paling kompleks dan luas sepanjang perang.
Militer Ukraina melaporkan bahwa pasukan operasi khusus berhasil menghantam dua jet tempur Rusia yang ditempatkan di lapangan udara Savasleyka di wilayah Nizhny Novgorod, sekitar 650 kilometer dari perbatasan Ukraina.
Namun, belum ada penjelasan mengenai metode serangan dan pihak Rusia belum menanggapi klaim ini.
Beberapa blogger militer Rusia mengatakan bahwa tidak ada kerusakan pada jet tempur yang disebutkan.
Otoritas Rusia menyatakan bahwa serangan balasan ini merupakan respons terhadap serangan drone Ukraina ke pangkalan udara yang menampung pembom strategis berkemampuan nuklir.
Salah satu serangan balasan dilakukan di pangkalan udara Ukraina di Dubno, wilayah barat Rivne.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi serangan tersebut pada Senin.
Putaran terbaru pembicaraan damai yang digelar di Istanbul tidak menghasilkan terobosan besar, kecuali kesepakatan untuk terus menukar tahanan serta jenazah tentara yang gugur atau terluka parah dari kedua belah pihak.
Presiden Rusia Vladimir Putin tetap bersikukuh melanjutkan perang hingga semua syarat yang diajukan Moskow terpenuhi.
Saling tukar tawanan menjadi salah satu bentuk kerjasama langka di tengah mandeknya negosiasi gencatan senjata.
Discussion about this post