Frank Fannon, konsultan industri mineral sekaligus mantan asisten menteri luar negeri AS untuk sumber daya energi di masa jabatan pertama Trump, menyatakan bahwa krisis ini seharusnya tidak mengejutkan siapa pun.
“Saya rasa tak seorang pun seharusnya terkejut dengan apa yang sedang terjadi. Kita menghadapi tantangan produksi di dalam negeri dan harus segera memanfaatkan seluruh kekuatan pemerintahan untuk mengamankan sumber daya serta meningkatkan kemampuan domestik. Waktunya sebenarnya sudah kemarin,” kata Fannon.
Sumber Reuters menyebutkan bahwa diplomat, produsen mobil, dan eksekutif dari India, Jepang, dan Eropa tengah berusaha menjadwalkan pertemuan dengan otoritas China untuk mempercepat izin ekspor magnet tanah jarang.
Delegasi bisnis Jepang dijadwalkan mengunjungi Beijing awal Juni ini guna menemui Kementerian Perdagangan terkait pembatasan tersebut.
Para diplomat dari negara-negara Eropa yang memiliki industri otomotif besar juga dilaporkan telah mengajukan permintaan pertemuan darurat dengan pihak berwenang China.
India juga bergerak cepat.
Produsen seperti Bajaj Auto memperingatkan bahwa jika pasokan magnet dari China terus tertunda, produksi kendaraan listrik mereka bisa terganggu secara serius.
Pemerintah India kini sedang mengatur perjalanan delegasi industri otomotif ke China dalam dua hingga tiga minggu ke depan.
Pada bulan Mei lalu, pimpinan asosiasi industri yang mewakili General Motors, Toyota, Volkswagen, Hyundai, dan sejumlah merek besar lainnya mengirim surat ke pemerintahan Trump.
Discussion about this post