Selain itu, kerja sama antara EVO dan Grand Palais Museum Guimet akan membuka jalan bagi pameran budaya yang melibatkan seniman kontemporer dari kedua belah pihak.
“Kita akan mendampingi untuk tindakan nyata sesuai dengan prioritas yang disampaikan dari mitra Indonesia. Sekolah, pusat penelitian, dan institusi lain di Prancis siap untuk ikut serta dalam inisiatif ini,” jelas Macron.
Pilar kedua dalam kemitraan ini adalah penguatan sektor industri kreatif dan ekonomi budaya.
Presiden Macron menyoroti bahwa sektor kreatif merupakan jantung kehidupan sosial dan ekonomi di kedua negara.
“Prancis dan Indonesia ingin menjadi lapangan untuk memandirikan kaum muda dan ini adalah kemitraan juga untuk anak muda yang inventif di Prancis dan di Indonesia,” ucapnya.
Salah satu bentuk kerja sama yang diumumkan adalah sinergi perfilman antara Centre National du Cinéma (CNC) dan sekolah film bergengsi La Fémis.
Kerja sama ini mencakup pelatihan, distribusi karya film, serta produksi bersama yang membuka peluang bagi sineas muda dari Indonesia dan Prancis.
“Khususnya kemitraan untuk pelatihan penyebar luasan dan koproduksi bersama dan menjelaskan dalam kemitraan ini membangun, membina model pendanaan suatu dunia perfilman yang tidak hanya tergantung pada model-model besar seperti yang telah dilaksanakan Prancis,” lanjut Macron.
Di sektor fesyen, Presiden Macron menyambut baik kolaborasi dengan inkubator kreatif PINTU dan partisipasi para desainer Indonesia dalam Paris Fashion Week.
Lebih dari itu, cakupan kemitraan budaya akan diperluas ke bidang lain seperti industri gim, gastronomi, desain, dan pengembangan kota berkelanjutan.
Discussion about this post