“Pelaku usaha membutuhkan kepastian untuk menjalankan operasi dan mengambil keputusan investasi,” katanya. “Karena itu, kami berharap kedua negara tetap terlibat dalam dialog untuk menyelesaikan perbedaan dan menghindari langkah-langkah yang dapat mengganggu perdagangan global serta menimbulkan dampak negatif bagi pihak ketiga.”
Sebagai informasi, Presiden Trump bulan lalu telah menaikkan total tarif impor dari China hingga 145%.
China pun merespons keras dengan tarif balasan sebesar 125% terhadap barang-barang asal AS.
Tarif sebesar itu nyaris menyerupai boikot total, yang mengguncang perdagangan bilateral yang pada tahun lalu mencapai angka lebih dari $660 miliar.
Apakah kesepakatan ini akan membawa perubahan permanen atau hanya jeda sesaat, semuanya kini bergantung pada hasil negosiasi 90 hari ke depan.(*)
Discussion about this post