PADA suatu hari Abu Nawas terlihat murung. ia hanya tertunduk lesu mendengarkan penuturan istrinya yang mengatakan kalau beberapa pekerja kerajaan atas titah Raja Harun Al Rasyid, telah membongkar rumahnya.
Raja berdalih bahwa itu dilakukan karena bermimpi kalau di bawah rumahnya terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.
Namun setelah mereka terus menerus menggali, ternyata emas dan permata tidak Juga ditemukan.
Parahnya, sang Raja juga tidak mau meminta maaf dan mengganti rugi sedikitpun kepada Abu Nawas. Karena Itulah Abu Nawas sakit hati dan memendam rasa dendam kepada perusak rumahnya.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum Juga ia menemukan muslihat untuk membalas perbuatan baginda. Makanan yang dihidangkan istrinya pun tidak dimakan karena nafsu makannya telah lenyap.
Keesokan harinya Abu Nawas melihat banyak Ialat-Ialat mulai menyerbu makanannya yang sudah mulai basi. Begitu melihat lalat-Ialat itu berterbangan.
Abu Nawas tiba-tiba saja tertawa riang seolah mendapatkan ide. “Tolong amblikan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi,” kataAbu Nawas kepada istrinya.
Dengan wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk memberi hormat kepada Raja Harun. Raja Harun terkejut atas kedatangan Abu Nawas Di hadapan para menterinya, Raja Harun mempersilahkan Abu Nawas untuk menghadap.
“Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan periakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin dan berani memakan makanan hamba,” lapor Abu Nawas.
Discussion about this post