“Neutrino adalah partikel yang paling sedikit kita pahami di dunia,” kata Cao Jun, salah satu pengelola detektor JUNO. “Itulah sebabnya kita perlu mempelajarinya lebih lanjut.”
Karena ukurannya yang sangat kecil, neutrino tidak dapat dideteksi secara langsung. Para ilmuwan hanya bisa mempelajari efeknya ketika neutrino bertabrakan dengan partikel lain, yang menghasilkan kilatan cahaya atau partikel bermuatan.
Namun, karena neutrino sangat jarang bertabrakan dengan partikel lain, para fisikawan harus membangun alat deteksi yang sangat besar untuk meningkatkan peluang mendeteksinya.
“Solusinya adalah membangun detektor yang sangat besar,” ujar de Gouvea.
Detektor Raksasa untuk Partikel Kecil
Detektor senilai 300 juta dolar AS ini berlokasi di Kaiping, China, dan pembangunannya memakan waktu lebih dari sembilan tahun.
Alat ini ditempatkan di kedalaman 700 meter di bawah tanah untuk melindungi dari radiasi kosmik dan gangguan lain yang bisa mengacaukan deteksi neutrino.
Pada hari Rabu, tim pekerja mulai menyelesaikan tahap akhir konstruksi. Detektor berbentuk bola ini akan diisi dengan cairan khusus yang memancarkan cahaya saat neutrino melintasinya. Selain itu, seluruh alat akan direndam dalam air murni.
Detektor ini akan mempelajari antineutrino — partikel yang berlawanan dengan neutrino — yang dihasilkan dari reaksi di dua pembangkit listrik tenaga nuklir yang berjarak sekitar 50 kilometer dari lokasi.
Saat antineutrino bertabrakan dengan partikel di dalam detektor, akan tercipta kilatan cahaya.
Discussion about this post