“Alangkah lancangnya si pemuda ini karena sudah berani berbohong,” lanjut komandan.
Panglima bersikap biasa saja, malah dia bahkan memerintahkan kepada prajurit untuk melepaskan borgol yang ada pada tangan Abu Nawas.
Komandan dan para prajurit terkejut dan merasa heran, ada apa gerangan ini.
Setelah itu, panglima pun mendekati Abu nawas berkata, “Tuan Abu, maafkan perbuatan anak buahku di sini ya,” kata panglima itu dengan sangat sopannya.
Laki-laki gagah dan tampan itu memang sudah saling mengenal satu sama lain karena mereka seringkali bertemu ketika sang Raja Harun Al Rasyid mengundangnya ke istana.
Betapa terkejutnya sang komandan dan para prajuritnya.
Perasaan sombong dan congkak yang tadi menyelimuti mereka seakan berubah menjadi rasa takut.
“Wahai Tuan Abu, sebenarnya kebohongan apa yang mereka sangkakan kepadmu?” tanya panglima.
“Wahai panglima, mereka memintaku untuk menunjukkan tempat untuk bersenang-senang, tentu saja aku tunjukkan kuburan karena kuburan adalah tempat yang lebih baik bagi orang-orang yang taat kepada Allah SWT. Di sana pula dia akan mendapatkan hidangan yang nikmat dari Allah SWT, terbebas dari rasa fitnah dan kejahatan manusia dan makhluk lainnya,” jawab Abunawas dengan tenangnya.
Mendengar jawaban pemuda itu, segera saja komandan mendekati Abu Nawas dan berkata,
“Maafkan hamba, Tuanku Abu Nawas?” ujarnya.
“Andai saja aku mengetahui bahwa tuan adalah Tuan Abu Nawas, tentu kami tidak akan berani membawa Tuan ke hadapan Panglima,” kata komandan lagi.
“Wahai komandan, apakah aku telah membohongi kalian? Bukankah aku berkata benar? Aku adalah Abdi, dan setiap orang adalah Abdi Allah SWT, termasuk kalian semuanya,” kata Abu Nawas.
Discussion about this post