Dismpaikan juga, DJP dan Bea Cukai akan lebur menjadi satu sehingga fokus dalam penerimaan negara saja. Tidak mengurusi lagi pengeluaran.
Gibran kemudian menekankan bahwa digitalisasi itu penting. Dan ia melihat itu sudah disiapkan di Kementerian Keuangan, meski masih dalam tahap testing.
“Kita meliat sudah ada Core Tax System yang akan disediakan. Ini akan mempermudah proses bisnis, proses administrasi, dan memperbaiki pelayanan pajak,” terangnya.
Ke depan ketika sistem itu sudah jalan, ketika ada pelaporan SPT tahunan maka tidak perlu lagi mengisi dan menghitung. Karena sistemnya sudah free populated. Sehingga tinggal klik saja, konfirmasi dan selesai.
Lalu terkait masalah pertumbuhan ekonomi, Gibran mengatakan bahwa dia sudah bicara soal hilirisati dan investasi.
“Sekali lagi, Pak. Tadi saya baru bicara masalah nikel. Kita belum bicara masalah tembaga, bauksit, timah, bioetanol, biofuel dan biodiesel. Kalau kita serius ya, Pak. Kita benar-benar menjadi raja energi dunia, Pak,” tandas Gibran.
“Tapi memang kita harus serius! Harus fokus! Dan harus ada keberlanjutan dan penyempurnaan. Maturnuwun Prof Mahfud,” kata Gibran sambil menundukkan kepala menghadap Mahfud MD.
Mahfud MD tampaknya kurang puas dengan jawaban dan penjelasan Gibran tersebut. Ia pun kembali menanyakan tentang perbedaan penerimaan pajak dan tax ratio.
“Ya, Mas Gibran yang terhormat. Apa sih perbedaan antara penerimaan pajak dan tax ratio? Anda bicara 23 persen. 23 persen dari apa ini? Kalau Anda bicara bahwa beda antara penerimaan pajak dan rasio atau tax ratio pajak. Kan kalau persen kaitannya dengan PDB, apa 23 persen dari APBN, atau apa? Kalau 23 persen dari APBN, itu salah! Karena sekarang saja sudah 82 persen. Dengan tax ratio sekarang hanya 10,5, sumbangan terhadap APBD itu 20 persen,” papar Mahfud MD.
Discussion about this post