Meski begitu, aktivitas China di wilayah utara Taiwan meningkat signifikan dalam 24 jam terakhir.
Seorang sumber keamanan Taiwan yang berbicara kepada Reuters mengatakan jumlah kapal angkatan laut dan penjaga pantai China di wilayah tersebut mencapai sekitar 90 unit, yang dinilai “sangat mengkhawatirkan”.
Selain Taiwan, aktivitas ini juga dianggap mengancam negara-negara lain di kawasan.
Menurut Hsieh, China tengah memperkuat kehadirannya di Rantai Pulau Pertama—jalur strategis yang meliputi Jepang, Taiwan, Filipina, hingga Kalimantan—untuk mencegah kekuatan asing ikut campur.
Membangun “Dua Tembok” di Pasifik
Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut China tengah membangun dua “tembok” di Pasifik. Salah satu tembok berada di ujung timur Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan, sementara yang lain lebih jauh di tengah Samudra Pasifik.
“Mereka mengirimkan pesan sederhana dengan dua tembok ini: mencoba menjadikan Selat Taiwan sebagai laut internal China,” ujar Hsieh.
Simulasi Serangan Udara
Selama 24 jam terakhir, Taiwan mendeteksi 47 pesawat militer China yang beroperasi di sekitar pulau, bersama dengan 12 kapal angkatan laut dan 9 kapal “resmi” seperti penjaga pantai.
Sebanyak 26 pesawat terpantau di utara Taiwan, 6 di Selat Taiwan, dan 15 lainnya di barat daya pulau tersebut.
Sumber keamanan Taiwan juga mengungkapkan bahwa pesawat China melakukan simulasi serangan terhadap kapal angkatan laut asing dan latihan mengusir pesawat militer serta sipil dalam skenario “blokade”.
Pemerintah Taiwan di bawah Presiden Lai Ching-te menolak klaim kedaulatan China, menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.
Discussion about this post